Di balik sebuah tantangan

By Khairul Amri H

Secara mendasar, insting manusia pada umumnya condong ke aspek yang berilustrasikan ‘Kesenangan’ dan jika diberi pilihan antara Susah dan Senang, Saya maupun Anda sekalian pasti tahu pilihan yang paling tepat. Tapi bagai mana tindakan kita tatkala dalam subtansi dari sebuah komposisi Kesusahan itu justru mendatangkan Ridho disisi Allah? Pada saat itu apakah Sebuah Kesenangan yang mubah harus dikebelakangkan? Dalam hal ini, teman-teman yang berlalu ke Sana’a (Ibu kota Yaman-Red) pernah dihantui oleh Paradoks-paradoks itu, yang mengiring mereka ke dalam dilema istikhara antara Sana’a dan Mukalla.

Pada Laut Arab yang populer akan protein-protein Ikannya serta Para pribuminya yang ramah tamah di Negeri tepinya, menjadikan Mukalla sebagai ibu kota Hadromaut, ibu kota dari sebuah Propinsi di negara hikmah ini yang konon khalayak setempat bias menyebutnya dengan julukan kontrofisonalnya sebagai: “Negeri para Habib”. Berjarakan hampir 12 jam perjalanan Bus Way jika ditempuh dari Ibu kota Negara ke arah selatan Yaman. Mukalla dengan kondisi geografisnya yang berkedaratan rendah dan bersanding dengan Padang Pasir Saudi Arabiyyah membuat saya dan para mahasiswa lainya yang sangat rajin berkeringat sekaligus indikator bahwa kita masih sehat-sehat saja. Dan juga kondisi iklim negeri ini tidak serumit iklim di negeri kelahiranku dan tak seganjil Sana’a, jika tidak besuhu Panas berarti suhunya Panas Sekali, suhu yang sangat simpel.

Beranjak dari hal ini, sebagian dari kita sempat terguncang Komitmentnya untuk tetap mengais Ilmu agama di Univ. Cabang ini. Yang kemudian diperparah dengan sebuah Dogma bergisyarat bahwa Ujian-ujian di cabang ini susah minta ampun. Dan cukup menjadi bukti ketika kaum Arab pun mengiyakan akan hal itu. Sehingga pada suatu soreh yang bisa, lebih setengah dari kita tengah bersiapa untuk berlalu bersama Bus Way tujaun ibu Kota Negara. Sana’a-lah menjadi pilihan mereka. Sementara Saya dan lima perantau lainya, terjerta dalam cengkraman Tantangan penyesuaian ekosistem Alam Hadromaut , Melawan hembusan angain membara yang memaksa jasad untuk giat bercumbu denga Segarnya Air.

Kita berenam sepakat memilih kartu kesulitan dari tumpukan katru-kartu kesenagan. Setidaknya masing-masing punya pola pikir yang berbeda, dan bagi saya sendiri….menghadapi kesulitan adalah hal yang harus, dalam artian bagaimana kita menyikapinya. Bagaiman kita melihatnya melalui sudaut pandang yang berbeda. Hingga benalu-benalu kehidupan itu dapat divisualisasikan menjadi sebuah tantangan hidup yang apabila tak dipangkas sedini mungkian maka akan memenjarakan kita dalam kekerdilan hidup. Bukankah dalam wahyu ilahiyyah mengatakan: tidaklah seseorang muslim ditimpam dengan penyakit, rasa sakit, sedih dan duka, kesusahan dan kmelaratan, hingga duri yang menusuknya, kecuali Allah Swt menjadikan sebagai penghapus Dosa-dosanya (H.R. Bukahari n Muslim)

Terinspirasi oleh kalimat tadi, mungkin tidak heren jika seorang cendikiawan Islam dahulu menerjemahkan ‘Cobaan’ ketika diasingkan dari negeri kelahinya sebagai ‘Wisata ke bumi Allah yang Luas’. Atau merasa senang jika kembali dicoblosakn ke dalam penjara melihat betapa banyak waktu lunag bersama Al-Quran, pena, dan Lembarn-lembarn pengetahuan. Tapi Allah Swt punya skenario menarik dalam mendekorasi kehidupan para hambanya, selama melalui musim sanagat panas di Propensi ini, durasi waktu tidur saya berkulang derastis dibandingak sewaktu di Sana’a kemarin. Dan lebih menarik lagi, hawa panas yang begitu tak diindahkan kemarin hanya bisa dirasakan kuarang lebih dua puluh menit perhari, karena seluruh ruangan di Asrama ini difasilitasi minimal dua pendingin Ruangan dan AC pada pada tiap ruangan perkuliahannya. Dan jangan tanya soal gizi makanan, dijamin tiga kali lipat lebih “Ma’nyoos” ketimbang makan di dapur Sana’a hingga kita-kita tidak berselera lagi ke Warung-warung makanan, selain itu lengkap dengan menu penutupnya dan Air minum segarnya di mana-mana. Maka Runtulah teori yang merumuskan bahwa Belajar di Hadromaut-Mukalla sangat melarat dan penuh kesabaran jika mereka datang dan melihat kita semua sedang keasyikan dalam tantangan.

~ Sang Perenung, di planet Hadromaut~

About negeriquran

Masih Tetap Sebodoh yang dulu Lihat semua pos milik negeriquran

Tinggalkan komentar