Sebab cinta di sini belum usai

Sebab, cinta di sini belum selesi.
By: Khairul Amri H

Usai sholat Subuh ketika matahari mulai menyapa dengan kehangatannya, serombongan mahasiswa dengan berbagai macam pelengkapan tengah bersiapa-siap untuk berangkat, seperti halnya orang-oarang dalam pengungsian, mereka berbondong-bondong untuk segera hengkang dari kawasan kampus. Walaupun sebagian dari mereka sementara menginap di kontrakan, hotel, atau tempat sejenisnya, yang menjadi tujuan akhir mereka kali ini adalah Bandara. Mungkin lebih pantas jika saya menyebut ini sebagai ‘Perpulangan’, Ya..Perpulangan. sudah bisa ditebak jika seorang mahasiswa luar negeri pergi ke Bandara, boleh jadi dia ingin Umroh, Haji, menjemput seseorang, atau….pulang. Tapi saya yakin motif mereka ke bandara kali tidak lain adalah pulang kampun, tidak lain dan tidak bukan karena kondisi Negeri ini.

Sejak pecahnya Revolusi di beberapa negara Arab diantaranya Tunis, Mesir, Yaman, Lybia, dan Suria. Seiring timbulnya konflik-konfilik berkelanjutan antara pihak oposisi dan pemerintah yang akhirnya membuahkan kerusuhan, pemberontakan, peperangan hingga pembunuhan. Dalam menanggapi hal tersebut Pihak KBRI (Kedutaan Besar Repoblik Indonesi) di Negeri ini segera mengambil insiatif untuk mengevakuasi WNI (warga negara Indo) dengan sokongan dari pemerintah RI. Bukan hanya KBRI, kedutaan-kedutaan negara lainya pun demikian. Melihat situasi dan kondisi yang semakin memburuk, serta biaya tiket yang ditanggung pemerintah, tanpa berpikir panjang mayoritas mahasiswa menerima tawaran tersebut. Siapa yang tidak mau pulang grati ke tanah air ?. Kebigunggan, itulah yang sempat melanda saya pada saat itu. Mendengar masukan-masukan dari teman yang sudah siap dievakuasi saya semakin ragu untuk mengambil keputusan, ragu lantaran masih ingin berlama-lama menimba ilmu di Negeri ini, ditamba kapasitas ilmu yang masih minim membuat saya kewalahan untuk memilih dievakuasi. Singkat cerita, menjelang hari pengevakuasian tiba, sering saya selipkan harapan-harapan Doa di setiap penghujung sholat lima waktu, beranjak dari keyakinan bahwa Allah SWT akan memberikan kemantapan hati dalam memilih yang terbaik. Dan saya yakin di saat-saat inilah, Urgensi Doa itu akan menemukan wujudnya. hingga akhirnya saya memilih tetap tinggal dan tidak jadi dievakuasi. Antum ngga jadi dievakuasi ?! Tanya mereka dengan teheran-heran. Nekat, begitu yang dikatakan kebanyakan teman, meski saya tahu bahwa keputusan ini sangat beresiko pada waktu itu. Tapi terdapat alasan yang kuat kenapa saya memilih tetap tinggal di sini.

Sebab cinta disini belum selesai. setidaknya kalimat inilah yang mewakili semua alasan saya. Cinta dalam dimensi berbeda, yang kerap menjadi modal penyemangat agar tegar dalam menimbah ilmu. Untuk Sementara, biarlah saya menempuh jalan kesabaran, sebagai peroses pencarian jati diri. Ada saatnya saya menuju ke arah sana…, hanya saja bukan sekarang, karena saya yakin kesabaran akan manis akhirnya. Sangat menarik kata Kiai Rais dalam novel Negeri 5 Menara (Karya A. Fuadi): ” i’malu fauqa Ma Amilu,…berbuatlah lebih dari apa yang diperbuat orang lain”. terkadang kita dituntut melakukan hal demikiaan jika terlanjur memiliki himmah tinggi di atas mayoritas manusia. Bersikap lebih dalam konteks kemauan, keberanian dalam mengambil resiko, maupun aspek lain dalam kehidupan kita. Andai kata kesusahan dan kesengsaraan yang saya peroleh pada akhirnya, toh..tidak semua kesengsaraan itu hina dan tercelah, bahkan kadang menimbulkan efek positif bagi seorang hamba. Doa yang penuh harapan muncul dari kesengsaraan dan tasbihi yang tulus datang dari sebuah rintihan hati. Begitu juga penderitaan dan beban yang dialami seorang pelajar untuk menuntut ilmu. Akhirnya, akan membuahkan hasil menjadi seorang ilmuwan besar. Demikianlah, karena dia rela sengsara awalnya, bercahayalah akhirnya.

Seperti sesosok Imam Ibnu Taimiyah – seorang ulama besar pengusung panji kebenaran dan ketakwaan – menyelesaikan beberapa karyanya di dalam penjara. Ketika penguasa dzalim menyingkirkan penanya, beliau tetap menulis walaupun dengan arang. Kita hanya tahu kitab Majmu Fatawa itu tebalnya satu setengah meter, tapi kita tidak tahu bahwa sebenarnya sebagian besar buku itu ditulis ketika beliau berada dalam penjara.

Sayyid Quthb mampu menuliskan karya terbesarnya, Tafsir Fizhilalil Quran, ketika dalam keadaan terhimpit penderitaan. Di siksa dalam penjara lantas dihukum mati. Di dalam penjara itu juga, beliau menulis sebuah buku kecil yang konon adalah buku the best of best seller di Timur Tengah dan paling ditakuti pemerintahan otoriter, yaitu Ma’allim fith Thariq.

Harun Yahya – pejuang dan ilmuwan terkemuka Turki – terpaksa digiring masuk penjara selama bertahun-tahun. Bahkan, beberapa bulan lamanya dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Namun, di sana dia mampu bersabar dan tawakal kepada Allah hingga bisa menyelesaikan banyak buku yang salah satunya mengenai perjalanan hidup Nabi Muhammad. Beliau sendiri sering berkata kepada sahabat dan murid-murid yang menjenguknya dari kejauhan, “Jangan bersedih. Sesungguhnya Allah beserta kita.” Pada tahun 2000, beliau dianugerahi majalah ilmiah terkemuka saat ini, New Scientist, sebagai “Pahlawan Dunia” karena dengan gemilangnya berhasil mengungkap kebohongan teori evolusi. Kini Harun Yahya juga termasuk dalam jajaran penulis paling produktif di dunia, karyanya sudah mencapai 200 judul!

Dr. Aidh al-Qarni pernah di penjara karena pernyataan-pernyataan politik yang ditulisnya dalam sebuah syair. Namun di sana beliau menghabiskan waktu untuk membaca, merenung dan menulis. Karyanya yang memukau jiwa dan mengguncang dunia, La Tahzan, ternyata di tulis ketika beliau di dalam penjara. Buku itu menggambarkan kepiluan hatinya dan bagaimana beliau mencari jalan sesuai dengan petunjuk-Nya. Buku itu kini telah dicetak dua juta eksemplar di seluruh dunia. Beliau juga dianugerahi penghargaan pemerintah Arab Saudi sebagai penulis paling produktif di Arab Saudi.

Mereka itulah orang-orang yang dapat mengubah penderitaan menjadi tangga-tangga kemuliaan. “…Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS. at-Taubah: 120).

Semoga sekelumit cerita diatas dapat menjadi ‘Setrum’ buat semua Tholibul Ilmi – terkhusus di Negeri Yaman- sapaya lebih sabar, bersemangat, dan konsist tentunya.

~Bersama secangkir teh,
Menikmati Senja Hadromaut~

About negeriquran

Masih Tetap Sebodoh yang dulu Lihat semua pos milik negeriquran

7 responses to “Sebab cinta di sini belum usai

  • rezky

    i’malu fauqa Ma Amilu,…berbuatlah lebih dari apa yang diperbuat orang lain”. terkadang kita dituntut melakukan hal demikiaan jika terlanjur memiliki himmah tinggi di atas mayoritas manusia…

    org yg bercita-cita rendah hanya mencapai cita-cita dibawah standar, dan yang memiliki cita-cita tinggi maka maksimal ia akan mencapai titik tersebut, bahkan sangat dekat!jadi tidak salah dengan cita-citanya tapi siapa yang mengusungnya..

  • rezky batari

    Bismillah

    Bagaimana kabar negeri Shahabat Muadz bin Jabal??Semoga Allah melindungi saudara2 kami disana…semoga pertolongan Allah menyertai perjuangan Ahlus Sunnah disana, Insya Allah…

  • fitriyani umar

    Subhanallah…..
    Begitu semangat nya dek menuntut ilmu…sy trharu mmbacanya..

  • negeriquran

    Kepada Al-Ukt Rizky.
    Dengan Segala Maaf Saya karena terlambat Merespon ^_^.

    Syokron atas komentarnya, jika tdk keberatan mungkin bukan suatu kesalahan kalau saya sedikt berharap Masukan2 dari sodari yg bisa meng -Upgrade kemampuan menulis Saya, melihat Saudari Ahli dalam dunia kepenulisan.
    O..ya, ada satu lagi yg ingin saya katakan setiap membaca tulisan Saudari, “Senang membaca tulisan-tulisan Anda”

  • negeriquran

    Alhamdulillah….sebagian Daerah di Yaman sudah stabil termaksud Lokasi saya sekarang. Tapi ada daerah yang sejak 1 bulan kemarin terjadi perang, perang antara Tullabul ‘ilmi di Darul Hadits, Dammaj dan kelompok Syiah (khutsy) yaman.
    Karena Syiah lebih unggul dalam persejataan, kebanyakan Tholib2 di Markaz Syaikh Buqbil ini sementara berhijrah ke tempat lain, tapi ada juga yang tetap tinggal dan berjihad mempertahankan Markas Salafy tersebut…..Kata teman seuniversitas saya asal Australia yang sempat menyaksikan langsung mayat 2 warga WNI sewaktu ia disana.

    Melihat fenomena di atas, saya cuma bisa berdoa n berharap Pemerintahan Yaman paska turunnya Ali Abdullah Soleh dapat menindak lanjuti Aksi-Aksi brutal Klompok Syiah Laknatullah ini.
    Aminnnnnn….

  • rezky batari

    Bismillah

    Walhamdulillah..semoga keadaan Yaman semakin membaik.
    Trik kepenulisan??Hmm…kuncinya cuma 2, rajin membaca dan berlatih menulis. Baca apa aja, yang penting bermanfaat dan menulis apa saja yang penting corat coret. saya juga masih terus belajar dengan blogger lain. Alhamdulillah kalo tulisan saya menginspirasi..

  • U'r sister

    do U have Novel “Neg. 5 menara” in soft files…?

Tinggalkan komentar